Kim Yo Jong Tuduh Korsel Sebar Propaganda
Kim Yo Jong Tuduh Korsel Sebar Propaganda
Kim Yo Jong Saudara Perempuan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un Kembali Melontarkan Tuduhan Serius Terhadap Korea Selatan. Ia menuduh pemerinta Korea Selatan mengirimkan selebaran-selebaran agitasi politik serta barang-barang kotor yang di jatuhkan di beberapa lokasi dekat perbatasan Korea Utara. Dalam pernyataannya, Kim Yo Jong menyebut bahwa pada 16 November, berbagai jenis selebaran politik dan benda-benda kotor. Hal ini yang di kirim oleh “sampah” dari Korea Selatan jatuh di sejumlah daerah di sekitar perbatasan selatan serta di wilayah pedalaman Korea Utara. Tindakan ini, menurutnya, merupakan bentuk provokasi yang sangat merugikan. Kim Yo Jong, yang juga memegang posisi sebagai Wakil Direktur Departemen Komite Sentral Partai Buruh Korea Utara, menambahkan bahwa dinas keamanan telah di libatkan dalam proses pencarian, pengumpulan, dan pemusnahan selebaran-selebaran tersebut. Hal ini menunjukkan keseriusan pemerintah Korea Selatan dalam mengatasi apa yang mereka anggap sebagai ancaman dari luar.
Ia juga menekankan bahwa semua distrik yang terkena dampak sudah berhasil di amankan. Serta, tidak ada lagi gangguan yang berasal dari selebaran-selebaran tersebut. Tuduhan Kim Yo Jong ini menambah ketegangan yang sudah lama berlangsung antara Korea Utara dan Korea Selatan. Terutama, terkait dengan pengiriman selebaran yang sering di lakukan oleh kelompok-kelompok aktivis dari Korea Selatan. Sebelumnya, Korea Utara juga pernah mengancam akan mengambil tindakan tegas terhadap pengiriman selebaran yang mereka anggap sebagai bentuk provokasi.
Tindakan ini menunjukkan bagaimana hubungan antara kedua negara masih sangat tegang dan di penuhi dengan perasaan saling curiga. Hal ini meski beberapa kali telah ada upaya diplomatik untuk meredakan ketegangan tersebut. Ketegangan ini menambah tantangan besar bagi stabilitas di wilayah Semenanjung Korea, yang hingga kini masih terperangkap dalam ketidakpastian.
Kim Yo Jong Menyatakan Bahwa Korea Selatan Sengaja Mengirimkan Selebaran-Selebaran Tersebut
Kim Yo Jong, saudara perempuan dari pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, mengkritik keras tindakan Korea Selatan yang ia sebut “memalukan dan kotor”. Tuduhan ini muncul setelah insiden pengiriman selebaran-selebaran politik dan barang-barang yang di anggap kotor oleh pemerintah Korea Utara. Hal ini yang di jatuhkan di dekat perbatasan Korea Utara. Ia menegaskan bahwa tindakan Korea Selatan tersebut tidak hanya melanggar batasan yang sudah di tetapkan. Tetapi, juga bertentangan dengan peringatan-peringatan keras yang telah berulang kali di keluarkan oleh pemerintah Korea Utara. Dalam pernyataan yang di lansir oleh kantor berita KCNA, Kim Yo Jong Menyatakan Bahwa Korea Selatan Sengaja Mengirimkan Selebaran-Selebaran Tersebut pada 16 November. Hal ini dengan tujuan untuk menggoyahkan stabilitas dan merusak kedamaian di wilayah tersebut. Ia menambahkan bahwa tindakan ini adalah bentuk provokasi yang sangat tidak dapat di terima.
“Mereka yang bertanggung jawab atas insiden ini harus membayar harga yang sangat mahal”, kata Kim dengan tegas. Hal ini mengacu pada pihak-pihak yang terlibat dalam pengiriman selebaran tersebut. Kim Yo Jong, yang juga menjabat sebagai Wakil Direktur Departemen Komite Sentral Partai Buruh, menekankan bahwa dinas keamanan Korea Utara telah di libatkan untuk mencari, mengumpulkan, dan menghancurkan selebaran-selebaran tersebut. Selain itu, ia juga mengungkapkan bahwa distrik-distrik yang terkena dampak telah di amankan dengan ketat untuk mencegah potensi gangguan lebih lanjut.
Tuduhan ini menambah ketegangan yang sudah lama ada antara Korea Utara dan Korea Selatan. Hal ini yang sering kali di perburuk oleh isu pengiriman selebaran. Hal ini yang di lakukan oleh kelompok-kelompok aktivis dari Korea Selatan. Sebelumnya, Korea Utara juga telah mengancam untuk mengambil tindakan tegas terhadap pengiriam selembaran tersebut. Tindakan provokatif ini menunjukkan bagaimana hubungan kedua negara masih sangat tegang, dengan rasa saling curiga yang mendalam. Hal ini meski upaya diplomatik telah di lakukan untuk meredakan ketegangan.
Hubungan Antara Seoul Dan Pyongyang Semakin Memburuk
Hubungan Antara Seoul Dan Pyongyang Semakin Memburuk pada pertengahan Oktober 2024, setelah Korea Utara mengambil langkah drastis dengan memutuskan jalan raya dan rel kereta yang menghubungkan kedua negara. Tindakan ini menjadi salah satu indikasi semakin seriusnya ketegangan antara kedua pihak. Pemutusan jalur transportasi tersebut mempengaruhi komunikasi dan aliran barang antar kedua negara. Hal ini yang sebelumnya sempat terjalin meski terbatas. Langkah ini juga mengganggu upaya-upaya yang sebelumnya di lakukan untuk memulihkan hubungan yang tegang antara Korea Utara dan Korea Selatan. Selan itu, Korea Selatan juga mengambil keputusan penting dengan mengubah konstitusinya, yang kini menyebutkan Korea Selatan sebagai negara yang bermusuhan. Perubahan dalam konstitusi ini menunjukkan perubahan signifikan dalam sikap Korea Utara terhadap tetangganya. Serta, juga mencerminkan ketegangan yang semakin dalam antara kedua negara. Label sebagai negara bermusuhan ini memberi sinyal bahwa Korea Utara memperlihatkan ketidakpercayaan dan sikap permusuhan terhadap Korea Sealtan dalam konteks politik dan militer.
Langkah-langkah ini datang setelah serangkaian peringatan dari pemerintah Korea Utara yang menganggap tindakan dari Korea Selatan sebagai provokasi yang tidak dapat di terima. Korea Utara menanggapi dengan ketegangan yang semakin meningkat, menciptakan kondisi yang semakin sulit bagi upaya diplomatik dan perdamaian di kawasan. Hal ini juga menunjukkan bahwa meskipun ada beberapa upaya untuk meredakan ketegangan, situasi di Semenanjung Korea masih di penuhi ketidakpastian dan konflik yang terus berlanjut. Ketegangan yang semakin meningkat antara Korea Utara dan Korea Selatan juga berdampak pada dinamika kawasan yang lebih luas. Hal ini mengingat kedua negara tersebut berada di bawah pengaruh kekuatan besar seperti Amerika Serikat dan China.
Korea Selatan, yang telah menjalin aliansi erat dengan Amerika Serikat, kini menghadapi tantangan besar dalam menanggapi sikap keras dari Korea Utara. Di sisi lain, Korea Utara, yang semakin dekat dengan China, terus memperlihatkan sikap tegas dalam mempertahankan kedaulatannya dan menanggapi ancaman eksternal.
Korea Utara Tidak Lagi Menganggap Korea Selatan Sebagai Mitra
Pyongyang menyatakan bahwa Korea Utara Tidak Lagi Menganggap Korea Selatan Sebagai Mitra dalam perjuangannya untuk penyatuan Semenanjung Korea. Pernyataan ini mencerminkan perubahan signifikan dalam sikap Korea Utara terhadap tetangganya yang selama ini telah berusaha menjalani hubungan diplomatik meskipun ada ketegangan. Korea Utara kini menegaskan bahwa langkah-langkah untuk mencapai penyatuan tidak akan melibatkan kerja sama dengan Seoul. Hal ini yang mereka anggap telah menyimpang dari jalan yang di inginkan oleh Pyongyang.
Sebagai gantinya, Korea Utara berencana untuk menjalin hubungan dengan Korea Selatan dalam kerangka yang lebih mirip dengan hubungan dengan negara-negara musuh lainnya. Dalam hal ini, Pyongyang akan mengakui kedua negara, Korea Utara dan Korea Selatan, sebagai dua negara independen yang terpisah. Keputusan ini menunjukkan adanya pergeseran besar dalam kebijakan luar negeri Korea Utara. Hal ini yang sebelumnya masih mengedepankan penyatuan sebagai tujuan utama.
Dengan perubahan sikap ini, situasi di Semenanjung Korea di perkirakan akan semakin tegang. Karena, potensi dialog atau negosiasi antara kedua negara semakin terhambat. Ketegangan ini juga dapat mempengaruhi stabilitas di kawasan yang lebih luas. Terutama, dengan meningkatnya pengaruh kekuatan besar yang terlibat dalam konflik tersebut. Perubahan sikap Korea Utara ini semakim memperburuk hubungan dengan Selatan, menciptakan ketegangan yang lebih dalam, kata Kim Yo Jong.