Selasa, 13 Mei 2025
Dukungan Transisi Energi Untuk Masa Depan Indonesia
Dukungan Transisi Energi Untuk Masa Depan Indonesia

Dukungan Transisi Energi Untuk Masa Depan Indonesia

Dukungan Transisi Energi Untuk Masa Depan Indonesia

Facebook Twitter WhatsApp Pinterest LinkedIn Tumblr Telegram Email Print
Dukungan Transisi Energi Untuk Masa Depan Indonesia
Dukungan Transisi Energi Untuk Masa Depan Indonesia

Dukungan Transisi Energi Telah Menjadi Saah Satu Isu Prioritas Yang Mendapat Sorotan Tajam Dari Kalangan Pelaku Usaha Berbagai Belahan Dunia. Di mana, peningkatan kesadaran ini tidak terjadi begitu saja. Melainkan, ini di dorong oleh pemahaman mendalam bahwa peralihan ke sumber energi yang lebih bersih dan berkelanjutan menawarkan berbagai keuntungan strategis. Bagi sebagian besar dunia usaha, penggunaan energi terbarukan bukan hanya solusi untuk mengatasi krisis lingkungan global. Namun, ini juga langkah cerdas dalam menekan biaya operasional serta mendorong pertumbuhan ekonomi jangka panjang yang lebih stabil. Kemudian, dukungan terhadap energi hijau ini bahkan tercermin secara kuat dalam data survei global. Di mana, sebanyak 97 persen dari 1.477 eksekutif perusahaan di 15 negara penyumbang emisi karbon tertinggi, termasuk Indonesia, menyatakan kesediaannya. Yang secara bertahap menghentikan ketergantungan terhadap batu bara dan bahan bakar fosil lainnya.

Maka dari itu, temuan ini mempertegas bahwa Dukungan Transisi Energi telah melampaui batas diskursus lokal. Serta, menjadi bagian dari konsensus global di dunia usaha. Semangat ini menunjukkan bahwa transformasi energi bukan sekadar tuntutan moral, namun juga kebutuhan yang mendesak dan realistis dalam menghadapi tantangan zaman. Yang mana, ini baik dalam aspek lingkungan maupun kelangsungan bisnis yang kompetitif di masa mendatang.

Namun sayangnya, meski semangat perubahan ini menguat di kalangan dunia usaha, realitas di lapangan menunjukkan bahwa Indonesia masih sangat bergantung pada energi berbasis batu bara. Di mana saat ini, kontribusi batu bara terhadap kapasitas pembangkit listrik nasional mencapai 62 persen. Bahkan, produksi listrik berbasis batu bara meningkat drastis dari 52 GWh pada tahun 2002 menjadi 249 GWh pada tahun 2022. Fakta ini menjadi tantangan tersendiri mengingat 95 persen pemimpin perusahaan menghendaki penghentian total penggunaan batu bara paling lambat pada tahun 2035. Dalam hal ini, kesenjangan antara kenyataan dan harapan tersebut memperlihatkan pentingnya peran pemerintah dalam mempercepat langkah transformasi sistem energi nasional.

Semangat Dukungan Transisi Energi Yang Di Gaungkan Oleh Pelaku Usaha

Indonesia saat ini tengah mengembangkan proyek pembangkit listrik tenaga batu bara dengan kapasitas baru mencapai 9.815 megawatt. Capaian ini menjadikan Indonesia sebagai negara dengan rencana pembangunan PLTU terbesar ketiga di dunia setelah Tiongkok dan India. Melihat hal ini, situasi tersebut tentu bertentangan dengan Semangat Dukungan Transisi Energi Yang Di Gaungkan Oleh Pelaku Usaha. Di sisi lain, strategi seperti pembakaran bersama batu bara dengan biomassa dan amonia. Serta, pemberian subsidi bahan bakar fosil yang menyedot sekitar 2% dari PDB nasional pada 2022 juga di nilai kontraproduktif dengan upaya dekarbonisasi.

Menurut Maria Mendiluce selaku CEO We Mean Business Coalition, transisi dari energi fosil ke energi terbarukan seharusnya bukan lagi sekadar wacana. Hal ini melainkan sebuah kebutuhan ekonomi. Ia menekankan bahwa dunia usaha telah menyadari bahwa energi bersih dapat menjadi fondasi keunggulan kompetitif. Dengan penciptaan lapangan kerja baru serta stabilitas harga energi di masa depan. Oleh karena itu, Dukungan Transisi Energi tidak bisa di pisahkan dari kepentingan ekonomi dan keberlanjutan jangka panjang. Lebih lanjut, Maria juga menggarisbawahi bahwa agar perusahaan dapat meningkatkan komitmennya. Di mana mereka memerlukan dukungan pemerintah dalam bentuk penyederhanaan proses perizinan, pembangunan fasilitas penyimpanan energi, dan modernisasi jaringan kelistrikan. Sehingga tak hanya berorientasi pada keuntungan ekonomi, Dukungan Transisi Energi juga akan di landasi oleh keprihatinan terhadap perubahan iklim. Mayoritas pelaku bisnis Indonesia sadar akan dampak lingkungan seperti kekeringan ekstrem, banjir besar, dan naiknya permukaan laut yang semakin sering terjadi.

Di mana, sekitar 69 persen dari mereka percaya bahwa transisi langsung ke energi terbarukan merupakan solusi yang lebih efektif untuk mengurangi dampak krisis iklim. Yang mana, solusi ini lebih efektif daripada melalui tahapan penggunaan gas alam. Hal ini di perkuat oleh pernyataan Claire Smith dari Beyond Fossil Fuels. Di mana, ia menyebut bahwa penggunaan gas alam telah menimbulkan ketidakstabilan dan kerugian besar yang di saksikan langsung oleh dunia usaha.

Menentukan Arah Kebijakan Dan Investasi Korporasi

Claire Smith mengingatkan bahwa akses terhadap energi terbarukan yang terjangkau telah menjadi faktor kunci dalam Menentukan Arah Kebijakan Dan Investasi Korporasi. Yang dalam hal ini, Dukungan Transisi Energi bukan hanya bersifat moral, tetapi juga strategis. Sehingga, politisi yang gagal memahami pentingnya transisi energi dalam dekade mendatang tidak hanya berisiko kehilangan investasi. Namun juga akan di tinggalkan oleh pelaku usaha yang lebih memilih beroperasi di negara dengan komitmen energi yang progresif.

Dalam hal ini, pemerintah Indonesia sendiri telah berupaya menjawab tantangan ini melalui kesepakatan Just Energy Transition Partnership yang menargetkan energi terbarukan mencapai 44persen. Namun, lebih dari separuh pelaku usaha masih meragukan ketersediaan pendanaan untuk proyek-proyek energi bersih. Hal ini melihat terbatasnya investasi, terutama dalam energi surya, menjadi sorotan utama. Padahal, untuk mencapai target kapasitas energi surya pada 2025, di perlukan dana sekitar USD 14,4 miliar. Oleh karena itu, Dukungan Transisi Energi akan sia-sia jika tidak di imbangi dengan aliran dana dan investasi yang memadai. Kendati demikian, pelaku usaha tetap menyimpan optimisme terhadap masa depan energi Indonesia. Di mana, sekitar 76 persen dari mereka percaya bahwa pengalihan batu bara ke energi bersih akan membantu menurunkan biaya listrik. Hal ini baik bagi perusahaan maupun rumah tangga. Lebih lanjut, mereka juga mendesak pemerintah untuk menyederhanakan proses perizinan pembangunan infrastruktur energi. Yang mana saat ini di nilai masih terlalu birokratis oleh mayoritas responden.

Di sisi lain, mayoritas pelaku usaha juga menyerukan percepatan modernisasi jaringan listrik nasional. Hal ini bertujuan agar dapat mendukung kebutuhan energi masa depan secara lebih optimal. Sehingga, kolaborasi antara sektor publik dan swasta juga menjadi kunci keberhasilan Dukungan Transisi Energi. Hal ini penting karena rencana penambahan kapasitas pembangkit sebesar 21 gigawatt hingga 2030 di perkirakan akan menciptakan ribuan lapangan kerja baru serta menarik investasi senilai 4,3 miliar USD.

Berada Dalam Fase Penentuan Yang Sangat Penting

Komitmen dunia usaha untuk membangun sistem energi berbasis sumber daya terbarukan merupakan peluang besar untuk menarik investasi dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Namun, untuk memaksimalkan potensi tersebut, pemerintah dan dunia usaha harus bergandengan tangan. Dalam hal ini, yaitu menyediakan pelatihan serta program peningkatan keterampilan bagi tenaga kerja lokal. Sehingga, Dukungan Transisi Energi dalam konteks ini bukan hanya soal infrastruktur dan teknologi, tetapi juga menyangkut kesiapan sumber daya manusia yang menjadi tulang punggung implementasi kebijakan energi hijau.

Terakhir, dengan memperhatikan seluruh dinamika dan tantangan yang ada. Maka, dapat di simpulkan bahwa arah kebijakan energi Indonesia saat ini sedang Berada Dalam Fase Penentuan Yang Sangat Penting. Di mana, ketergantungan yang masih besar terhadap batu bara menjadi hambatan nyata. Namundi sisi lain, dunia usaha telah menunjukkan kesiapan dan antusiasme tinggi untuk beralih ke sumber energi yang lebih bersih dan berkelanjutan. Perubahan ini tidak lagi di anggap sebagai sekadar wacana atau idealisme, melainkan kebutuhan nyata yang mendesak untuk memastikan keberlangsungan ekonomi nasional. Dalam hal ini, pemerintah memiliki peran strategis untuk menciptakan kebijakan yang lebih progresif. Terutama, dengan mendorong sinergi lintas sektor dan menyusun regulasi yang inklusif agar transformasi energi dapat berjalan efektif. Jika langkah-langkah tersebut diambil dengan konsisten dan penuh komitmen, maka Indonesia berpeluang menjadi pelopor. Yang dalam hal ini, yaitu mewujudkan sistem energi baru yang tangguh dan adaptif. Semua ini hanya dapat di capai dengan adanya Dukungan Transisi Energi.

Share : Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Telegram Email WhatsApp Print

Artikel Terkait