Kamis, 16 Januari 2025
Presiden Suriah Lari Ke Rusia, Suaka Putin
Presiden Suriah Lari Ke Rusia, Suaka Putin

Presiden Suriah Lari Ke Rusia, Suaka Putin

Presiden Suriah Lari Ke Rusia, Suaka Putin

Facebook Twitter WhatsApp Pinterest LinkedIn Tumblr Telegram Email Print
Presiden Suriah Lari Ke Rusia, Suaka Putin
Presiden Suriah Lari Ke Rusia, Suaka Putin

Presiden Suriah Bashar Al-Assad Di Laporkan Telah Meninggalkan Damaskus Pada Hari Minggu Tanggal 8 November 2024. Langkah ini di lakukan di tengah situasi keamanan yang semakin memburuk akibat konflik yang terus memanas. Keberadaannya sempat menjadi misteri selama beberapa hari, hingga akhirnya muncul konfirmasi bahwa Assad kini berada di Moskow, Rusia. Informasi ini di sampaikan secara resmi oleh Kremlin, kantor kepresidenan Rusia. “Bashar al-Assad, bersama keluarganya, telah tiba di Moskow dan di beri suaka atas dasar pertimbangan kemanusiaan”, demikian pernyataan Kremlin, seperti di laporkan oleh BBC pada Selasa, 10 Desember 2024. Keputusan Rusia untuk memberikan suaka ini menegaskan hubungan erat antara kedua negara. Hal ini yang di mana Rusia selama bertahun-tahun menjadi sekutu utama Assad. Rusia memiliki dua pangkalan militer strategis di Suriah dan telah berperan aktif dalam mendukung rezim Assad selama tiga tahun terakhir dalam perang saudara yang berkepanjangan.

Bantuan militer dan diplomatik Rusia sering di sebut sebagai salah satu alasan utama mengapa rezim Assad mampu bertahan dalam konflik yang melibatkan berbagai kelompok pemberontak. Namun, situasi terkini menunjukkan bahwa dukungan Rusia tidak lagi cukup untuk mempertahankan kekuasaan Assad di Suriah. Sejak akhir November, kelompok pemberontak yang semakin kuat telah melancarkan serangan besar-besaran. Hal ini menyebabkan posisi rezim Assad semakin terjepit. Keputusan Assad untuk meninggalkan negaranya di pandang sebagai upaya terakhir untuk menyelematkan diri. Terutama, setelah serangan pemberontak mulai mendekati pusat kekuasaan di Damaskus. Langkah ini juga mencerminkan dilema yang di hadapi Rusia sebagai sekutu Assad. Di satu sisi, Rusia ingin menjaga stabilitas di Suriah dan mempertahankan pengaruhnya di kawasan.

Namun, di sisi lain, keterbatasan militer dan tekanan internasional membuat Rusia tampaknya tidak mampu lagi mengamankan kelangsungan rezim Assad. Kini, dengan Assad yang berada di Moskow, masa depan politik Suriah semakin tidak menentu.

Memberikan Suaka Kepada Presiden Suriah

Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, telah mengonfirmasi bahwa keputusan untuk Memberikan Suaka Kepada Presiden Suriah Bashar al-Assad merupakan langkah yang langsung di setujui oleh Presiden Rusia, Vladimir Putin. Peskov menegaskan bahwa keputusan tersebut melibatkan pertimbangan serius di tingkat tertinggi kepemimpinan Rusia. “Keputusan seperti ini tidak bisa di ambil tanpa persetujuan kepala negara. Oleh karena itu, ini adalah keputusan langsung dari Presiden Putin”, ungkap Peskov dalam sebuah pernyataan resmi. Keputusan ini di anggap sebagai salah satu bentuk solidaritas Rusia terhadap sekutunya di Timur Tengah. Hal ini khususnya di tengah situasi konflik yang terus memanas di Suriah. Saat ini, Rusia tetap berkomitmen untuk memantau perkembangan situasi di Suriah. Terutama, terkait keberadaan dua pangkalan militer utama mereka di negara tersebut. Rusia telah lama menjadi pendukung setia Presiden Suriah, tidak hanya melalui bantuan militer tetapi juga dukungan diplomatik di forum internasional.

Meski demikian, konflik yang terus berlangsung dan semakin kompleks memberikan tantangan besar bagi kedua negara. Peskov menjelaskan bahwa Moskow telah mengambil langkah-langkah antisipatif untuk melindungi pangkalan militernya. “Kami akan memastikan bahwa semua tindakan pencegahan yang di perlukan di ambil untuk menjaga keamanan personel dan fasilitas kami di Suriah”, tambahnya. Hal ini menegaskan bahwa Rusia tidak hanya memberikan suaka kepada Presiden Suriah, tetapi juga terus berupaya menjaga stabilitas wilayah yang strategis bagi kepentingan nasionalnya. Keputusan untuk memberikan suaka kepada Bashar al-Assad memunculkan berbagai spekulasi tentang masa depan Suriah. Dengan pemimpin negaranya kini berada di Moskow, banyak pihak mempertanyakan bagaimana Rusia akan memainkan perannya dalam mencari solusi bagi krisis berkepanjangan tersebut. Sebagai sekutu utama Suriah, Rusia berada dalam posisi yang sulit. Hal ini di mana meeka harus mempertahankan pengaruhnya di kawasan sambil menghadapi tekanan internasional.

Langkah ini sekaligus menjadi sinyal bahwa Rusia tetap berkomitmen pada aliansinya dengan Suriah. Meskipun, di tengah ketidakpastian yang meliputi rezim Assad dan masa depan politik negaranya.

Masih Terlalu Awal Untuk Membicarakan Status Pangkalan Militer Rusia Di Tartus Dan Khmeimim

Peskov menyatakan bahwa saat ini Masih Terlalu Awal Untuk Membicarakan Status Pangkalan Militer Rusia Di Tartus Dan Khmeimim. Hal ini yang sangat penting bagi kehadiram militer Rusia di Suriah. Menurutnya, situasi yang sedang berlangsung di Suriah penuh dengan ketidakpastian dan perubahan besar, sehingga pembahasan mengenai status pangkalan tersebut perlu menunggu perkembangan lebih lanjut. “Masalah ini akan membutuhkan diskusi lebih lanjut dengan mereka yang akan memegang kekuasaan di Suriah. Sekarang, kita tengah menghadapi periode transformasi yang ekstrem dan ketidakstabilan”, ujar Peskov. Hal ini menunjukkan bahwa Rusia masih menunggu bagaimana situasi politik di Suriah akan berkembang setelah kepergian Presiden Suriah, Bashar al-Assad, yang kini berada di Moskow. Peskov menambahkan bahwa karena kondisi yang penuh ketidakpastian ini, di butuhkan waktu untuk menentukan langkah-langkah selanjutnya. “Oleh karena itu, ini akan memakan waktu. Setelah periode transisi selesai, pembicaraan yang serius akan di lakukan dengan pihak yang akan di beri kekuasaan di Suriah”, katanya.

Dengan situasi yang terus berubah, masa depan pemerintahan Suriah sangat bergantung pada siapa yang akan mengambil alih kepemimpinan setelah Presiden Suriah tersebut meninggalkan negara. Langkah ini menunjukkan bahwa Rusia, meskipun tetap berkomitmen pada aliansinya dengan Suriah, harus beradaptasi dengan perubahan yang terjadi di negara tersebut. Keputusan untuk memberikan suaka kepada Presiden Suriah menunjukkan bahwa Rusia sangat menjaga kepentingan militernya di Suriah. Terutama, terkait dengan dua pangkalan utama yang mereka miliki. Namun, tanpa kepastian tentang siapa yang akan memimpin Suriah setelah ini, Rusia harus bersiap menghadapi ketidakpastian yang lebih besar dalam menghadapi masa depan politik negara tersebut.

Dengan ketidastabilan yang semakin meningkat, Rusia akan terus memantau perkembangan yang terjadi dan berkoordinasi dengan pihak yang akan berkuasa di Suriah. Hal ini untuk memastikan bahwa kepentingan strategis mereka tetap terjaga.

Kelompok Pemberontak

Kelompok Pemberontak Suriah mengumumkan bahwa pemerintahan Presiden Suriah Bashar al-Assad telah resmi runtuh setelah kepergian Assad dari Damaskus. Hal ini yang di ikuti dengan keberhasilan para pemberontak merebut ibu kota pada Minggu, 8 Desember 2024. Dalam sebuah pernyataan, mereka menyebutkan bahwa setelah 50 tahun penindasan dan 13 tahun kekejaman yang menyengsarakan rakyat, saatnya bagi Suriah memasuki babak baru yang lebih bai. “Kami mengumumkan bahwa era kelam telah berakhir, dan masa depan Suriah kini di mulai”, ujar pernyataan para pemberontak.

Para pemberontak juga berhasil menguasai Bandara Internasional Damaskus, yang menjadi simbol utama jatuuhnya kekuasaan pemerintah. Ketika kondisi semakin genting, Presiden Suriah Bashar al-Assad di laporkan terpaksa melarikan diri, menggunakan pesawat untuk meninggalkan ibu kota yang telah jatuh ke tangan pemberontak. Keberhasilan ini menandai puncak dari perjuangan panjang para pemberontak yang telah berusaha menggulingkan rezim Assad. Di satu sisi, yang selam ini mendapat dukungan militer dari Rusia. Kepergian Assad menandakan perubahan besar dalam peta politik Suriah, yang kini menghadapi ketidakpastian besar mengenai masa depan pemerintahan dan stabilitasnya. Kepergian Bashar al-Assad menandai berakhirnya era kekuasannya, meninggalkan Suriah tanpa kejelasan masa depan bagi Presiden Suriah.

Share : Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Telegram Email WhatsApp Print

Artikel Terkait