Site icon DutaViral24

Pendanaan Kesehatan Global Terendah 15 Tahun; Fondasi Kematian Anak Bisa Meningkat

Pendanaan Kesehatan Global Terendah 15 Tahun; Fondasi Kematian Anak Bisa Meningkat
Pendanaan Kesehatan Global Terendah 15 Tahun; Fondasi Kematian Anak Bisa Meningkat

Pendanaan Kesehatan Global, dalam laporan terbaru yang di rilis oleh Bill & Melinda Gates Foundation, dunia kini menghadapi titik terendah dalam hal pendanaan kesehatan global selama lebih dari lima belas tahun terakhir. Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran besar di kalangan lembaga internasional, mengingat sebagian besar program kesehatan di negara berkembang masih sangat bergantung pada bantuan donor. Baik dari lembaga filantropi maupun pemerintah negara maju.

Pendanaan global yang menurun ini bukan hanya masalah angka di atas kertas. Ia berarti lebih sedikit vaksin yang di kirim ke desa-desa terpencil, lebih sedikit fasilitas kesehatan yang di perbaiki, serta lebih sedikit tenaga medis yang dapat di latih untuk menangani penyakit menular dan non-menular yang meningkat. Gates Foundation memperingatkan bahwa jika tren ini tidak segera di balik, dunia bisa menyaksikan peningkatan signifikan dalam angka kematian anak dan ibu di negara-negara berpenghasilan rendah.

Menurut laporan Goalkeepers 2025, pendanaan kesehatan global turun hampir 20% sejak tahun 2020. Sebagian besar karena penyesuaian anggaran pascapandemi dan meningkatnya tekanan fiskal akibat konflik global dan krisis iklim. Negara donor seperti Amerika Serikat dan Inggris memangkas sebagian dana bantuan luar negeri. Sementara prioritas dalam negeri seperti inflasi dan keamanan energi lebih di utamakan. Hal ini berdampak langsung pada organisasi seperti WHO, GAVI, dan UNICEF yang menjadi tulang punggung berbagai program kesehatan lintas negara.

Pemerintah di Afrika, Asia Selatan, dan Amerika Latin melaporkan bahwa proyek imunisasi, pencegahan malaria, dan penguatan gizi anak mulai tertunda karena keterbatasan anggaran.

Pendanaan Kesehatan Global, Bill Gates dalam pernyataannya menyebut, “Kita sedang berada di titik kritis. Selama dua dekade terakhir, dunia membuat kemajuan luar biasa dalam mengurangi kematian anak. Dari lebih dari 10 juta per tahun pada awal 2000-an menjadi kurang dari 5 juta saat ini. Namun tren ini bisa berbalik arah jika dunia berhenti berinvestasi pada kesehatan global.”

Dampak Langsung: Risiko Lonjakan Kematian Anak Dan Ibu

Dampak Langsung: Risiko Lonjakan Kematian Anak Dan Ibu, laporan tersebut juga memproyeksikan konsekuensi langsung dari krisis pendanaan ini: potensi meningkatnya angka kematian anak hingga 500.000 jiwa per tahun mulai 2026. Skenario ini terutama akan terjadi di negara-negara berpenghasilan rendah. Di mana sistem kesehatan sangat bergantung pada bantuan eksternal untuk pengadaan vaksin, peralatan medis, dan logistik pelayanan dasar.

Salah satu contoh paling nyata adalah di wilayah Sub-Sahara Afrika. Di mana banyak program imunisasi bergantung pada aliran dana dari GAVI (Aliansi Vaksin Global). Ketika dukungan finansial melambat, stok vaksin terhadap penyakit seperti campak, polio, dan rotavirus menjadi terbatas. Beberapa laporan dari lapangan menunjukkan peningkatan kasus campak di beberapa negara. Termasuk Nigeria dan Kongo, yang sebelumnya telah berhasil menekan angka penularan secara signifikan.

Di Asia Selatan, situasi serupa juga terjadi. Di India dan Bangladesh, program pencegahan anemia dan gizi buruk bagi ibu hamil mengalami keterlambatan distribusi bantuan pangan bergizi. Para ahli kesehatan memperingatkan bahwa ini dapat menyebabkan meningkatnya angka bayi lahir dengan berat badan rendah dan komplikasi pascapersalinan.

Laporan Lancet Global Health pada Oktober 2025 menunjukkan bahwa lebih dari 70% kematian anak di bawah usia lima tahun masih di sebabkan oleh penyakit yang sebenarnya dapat di cegah seperti pneumonia, diare, dan malaria. Namun pencegahan hanya efektif bila ada dukungan sistemik — tenaga medis terlatih, akses air bersih, serta rantai pasok vaksin yang stabil.

Selain itu, krisis pendanaan juga berdampak pada riset medis. Banyak inisiatif penelitian penyakit tropis terabaikan karena dana hibah internasional di alihkan untuk riset energi atau pertahanan. Hal ini memperlambat inovasi vaksin baru, termasuk untuk penyakit seperti demam berdarah dan chikungunya yang kini menyebar semakin luas akibat perubahan iklim.

Ketimpangan Dan Ketergantungan Negara Berkembang

Ketimpangan Dan Ketergantungan Negara Berkembang, masalah pendanaan global ini juga membuka kembali diskusi lama mengenai ketimpangan struktural dalam sistem kesehatan dunia. Negara-negara berkembang selama ini menjadi penerima dana, bukan pengendali. Hal ini membuat mereka sangat rentan terhadap fluktuasi kebijakan luar negeri negara donor.

Ketergantungan terhadap donor menyebabkan banyak negara tidak mampu membangun sistem kesehatan yang mandiri. Misalnya, beberapa negara Afrika Timur memiliki anggaran kesehatan publik yang 60%–70% bersumber dari bantuan luar negeri. Ketika bantuan itu berkurang, tidak ada mekanisme domestik yang siap menggantikan. Akibatnya, rumah sakit mulai kekurangan obat, tenaga medis tidak di bayar tepat waktu, dan layanan masyarakat menjadi tidak stabil.

Indonesia, meskipun tergolong negara berpendapatan menengah, turut menyoroti pentingnya kemandirian pendanaan kesehatan. Menteri Kesehatan Indonesia menyatakan bahwa “kesehatan harus di lihat bukan sebagai beban fiskal, tetapi sebagai investasi produktif.” Dalam konteks global, Indonesia dan beberapa negara ASEAN mulai memperkuat kerja sama kesehatan regional melalui ASEAN Health Cluste. Untuk mengurangi ketergantungan pada bantuan eksternal.

Di sisi lain, lembaga donor pun menghadapi kritik. Banyak pihak menilai sistem pendanaan yang ada terlalu berfokus pada program jangka pendek dan tidak memberi ruang bagi negara penerima untuk merancang strategi berkelanjutan. “Kita sering melihat proyek besar dengan hasil cepat, tapi tidak ada keberlanjutan begitu dana berakhir,” ujar Dr. Agnes Soucat, pakar pembiayaan kesehatan dari WHO.

Krisis ini juga memperjelas kesenjangan antara negara kaya dan miskin dalam hal kapasitas teknologi dan infrastruktur kesehatan. Negara-negara G7 menginvestasikan miliaran dolar untuk sistem kesehatan digital dan kecerdasan buatan medis, sementara banyak klinik di Afrika dan Asia masih kekurangan listrik stabil atau alat pendingin vaksin. Ketimpangan ini semakin melebar dan bisa menghambat pencapaian target Sustainable Development Goals (SDGs) pada tahun 2030.

Seruan Untuk Tindakan Dan Reformasi Sistem Pendanaan Global

Seruan Untuk Tindakan Dan Reformasi Sistem Pendanaan Global, sebagai tanggapan terhadap kondisi ini, Gates Foundation, WHO, dan Bank Dunia menyerukan perlunya reformasi besar-besaran dalam mekanisme pembiayaan kesehatan global. Mereka menekankan pentingnya membangun sistem yang lebih tangguh, berkelanjutan, dan berbasis solidaritas internasional.

Salah satu usulan konkret adalah menciptakan Global Health Resilience Fund — sebuah mekanisme permanen yang memungkinkan negara berkembang mengakses dana darurat ketika pendanaan donor menurun. Dana ini di harapkan bersumber dari kombinasi kontribusi publik, filantropi, dan investasi sektor swasta. Model serupa telah di uji melalui Pandemic Fund yang di luncurkan pada 2023 oleh Bank Dunia dan WHO untuk memperkuat kesiapsiagaan pandemi.</p>

Selain itu, para ekonom kesehatan juga menyoroti perlunya meningkatkan efisiensi dalam penggunaan dana. Banyak negara penerima mengalami kebocoran anggaran dan tumpang tindih proyek karena koordinasi lintas lembaga yang lemah. Reformasi tata kelola menjadi bagian penting dari solusi jangka panjang.

Dalam skala politik global, pertemuan G20 Kesehatan yang akan di gelar di Brasil pada akhir tahun 2025 di sebut akan menjadi momentum penting. Negara-negara anggota di harapkan mengesahkan komitmen baru untuk menambah alokasi dana bantuan kesehatan dan mendorong kolaborasi lintas sektor. Termasuk sektor keuangan dan teknologi.

Sementara itu, Bill Gates menegaskan bahwa meskipun kondisi saat ini mengkhawatirkan, dunia masih memiliki peluang besar untuk memperbaikinya. “Kita pernah membuktikan bahwa investasi pada kesehatan global memberikan hasil luar biasa — menyelamatkan jutaan nyawa, memperpanjang harapan hidup, dan meningkatkan produktivitas ekonomi. Tidak ada investasi lain yang memberi pengembalian sebesar ini bagi kemanusiaan,” ujarnya.

Laporan itu menutup dengan seruan moral yang kuat. Bahwa setiap anak, di mana pun ia di lahirkan, berhak mendapatkan kesempatan untuk tumbuh sehat dan selamat. Dan tanggung jawab untuk memastikan hal itu bukan hanya milik satu negara atau lembaga, tetapi seluruh dunia Pendanaan Kesehatan Global.

Exit mobile version